Mengenal Tradisi Karapan Sapi Khas Masyarakat Madura

Mengenal Tradisi Karapan Sapi Khas Masyarakat Madura
Promosi Shopee

Pulau Madura, pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur ini, menyimpan begitu banyak tradisi yang jarang untuk diketahui masyarakat luas. Salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai saat ini yaitu karapan sapi. Karapan sapi merupakan perlombaan pacuan sapi yang dilakukan masyarakat Madura sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang semakin melimpah. Namun, seiring berkembangnya zaman karapan sapi kini menjadi pesta rakyat yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Madura. Karapan sapi yang awalnya hanya sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen kini berubah menjadi hiburan yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat.

Keberadaan karapan sapi tidak bisa dipisahkan oleh keberadaan Kyai Ahmad Baidawi yang dikenal dengan sebutan Pangeran Katandur, salah seorang penyebar Islam di Madura. Dalam menyebarkan agama Islam, beliau juga mengajarkan masyarakat Madura bagaimana pola bercocok tanam yang baik. Karena pengolahan tanah pertanian dengan tenaga manusia dirasa kurang efektif, muncul ide kyai Baidawi untuk menggunakan tenaga hewan, yaitu menggunakan tenaga sapi. Tenaga sapi digunakan untuk membajak tanah-tanah yang hendak ditanami.

Penggunaan tenaga sapi ini membuat petani lebih cepat mengolah lahan dan hasil pertanian pun lebih banyak dari sebelumnya. Dampaknya, kehidupan masyarakat semakin makmur. Untuk mensyukuri hasil pertanian yang semakin melimpah setiap pasca panen masyarakat menyelenggarakan “pesta panen” di sebuah alun-alun dengan hiburan lomba lari sapi yang diiringi musik-musik tradisional. Momentum itu juga digunakan oleh kyai Baidawi sebagai forum pembagian zakat hasil tani kepada yang berhak. Sejak saat itu, karapan sapi menjadi tradisi turun-temurun yang masih dilakukan sampai saat ini.

Karapan sapi terdiri dari beberapa macam yaitu karap keni (karapan kecil) yang diikuti sapi-sapi kecil yang belum terlatih dari satu kecamatan atau kewedanaan yang memiliki jarak tempuh 100 meter, karap raja (karapan besar) dengan jarak tempuh sekitar 120 meter, karap onjangan (karapan undangan) yang diadakan untuk memperingati hari-hari besar, peringatan syukuran, dan lain-lain, karap karesidenan (karapan tingkat karesidenan) yaitu diikuti juara-juara dari empat kabupaten di Madura sebagai penutup musim karapan, dan karap jar-jaran (karapan latihan) yang dilakukan untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum diturunkan pada perlombaan.

Sebelum perlombaan dimulai, para sapi di arak memasuki lapangan mengelilingi area pacuan diiringi dengan saronen atau musik tradisional khas Madura yang mana tujuannya untuk melemaskan otot-otot sapi serta memamerkan keindahan perhiasan yang digunakan oleh para sapi. Setelah parade selesai, semua perhiasan yang digunakan para sapi dilepas kecuali hiasan kepala yang berfungsi memberikan kepercayaan diri serta keperkasaan sapi. Kemudian, sepasang sapi tersebut akan dipasangkan kaleles yaitu pelengkap untuk dinaiki tukang tongkok atau joki yang terbuat dari kayu. Sepasang sapi ini akan menarik kaleles dan joki yang bertugas mengendalikan pasangan sapi tersebut. Satu hal yang menarik di sini yaitu joki tidak akan duduk, melainkan berdiri. Sepasang sapi tersebut terus dipacu untuk beradu cepat dengan pasangan-pasangan sapi yang lain. Bahkan terkadang kaleles berkali-kali melayang ke udara, namun di sinilah kelihaian joki diperlihatkan.

Seiring dengan perkembangan zaman, karapan sapi kini bukan hanya sekedar tradisi semata atau sebagai bentuk rasa syukur terhadap hasil panen yang semakin melimpah. Namun, karapan sapi sudah menjadi hiburan yang ditunggu-tunggu bagi masyarakat Madura. Perlombaan ini kini diadakan rutin setiap tahun oleh panitia yang dibentuk pemerintah, hadiah yang ditawarkan juga sangat bergengsi yaitu memperebutkan piala bergilir presiden RI. Karapan sapi kini bukan hanya tentang perlombaan, namun juga tentang harga diri yaitu harkat dan martabat si pemilik sapi. Jika sapi yang diperlombakan menang maka akan menambah kebanggaan serta kehormatan si pemilik sapi. Kebanggaan dan kehormatan bagi masyarakat Madura menjadi hal yang sangat penting. Sapi yang digunakan untuk pertandingan juga merupakan sapi-sapi yang berkualitas sangat baik tentu dengan perlakuan yang istimewa pula, namun masyarakat Madura tidak akan pernah memperhitungkan uang yang dikeluarkan untuk kesenangan dan hobi yang mereka sukai.

Related posts